Nasehat Ulama Salaf Tentang Kehidupan


LAGI PROMO
Pidato 3 Bahasa
Adab Menuntut Ilmu
Jam Dinding Al Fatihah
Topi Model Senyum
Kompilasi Hadis Dakwah


Ceramah singkat Syaikh Abdurrahman bin Muhammad Musa Nasr tentang nasehat ulama salaf tentang kehidupan.

Sesungguhnya segala puji hanyalah milik Allah. Kita memuji dan memohon ampun kepada-Nya. Kita juga berlindung kepada Allah dari kejelekan diri kita dan amalan perbuatan kita. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang mampu memalingkannya. Demikian juga bagi siapa yang Dia sesatkan, maka tidak ada yang mampu meberinya hidayah. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang hak kecuali Allah. Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Aku juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, shallallahu 'alaihi wa sallam. Amma ba'du.

Para salafus shalih ridwanullah alaihim adalah generasi yang terbaik. Allah jadikan hati mereka, hati paling baik. Ilmu mereka ilmu yang paling berkah, paling dalam, paling bersih dan utama. Allah jadikan mereka orang yang paling jauh dari sifat berlebih-lebihan dan sebaliknya mereka sangat serius dalam mengamalkan sunnah. Oleh karena itu, nasihat mereka, perjalanan hidup mereka dan petunjuk mereka,
pelita yang menerangi hingga terjadinya hari kiamat.

Dengan demikian, pada zaman yang penuh ujian ini kita sangat butuh meneladani perjalanan hidup mereka. Dan meneladani wasiat-wasiat serta praktik amalan mereka yang serupa dengan kejadian di zaman kita atau yang akan terjadi di masa datang.

Di antara wasiat-wasiat mereka ridhwanallahu 'alaihim, apa yang dikatakan Hasan Ibnu 'Athiyah rahimahullah. Tidaklah suatu kaum membuat suatu perkara baru (bid'ah) dalam agamanya melainkan Allah akan mencabut suatu sunah yang semisalnya dan Allah tidak akan mengembalikannya sampai hari kiamat

Bid'ah dalam agama memiliki bahaya dan pengaruh yang sangat besar. Bid'ah itu menggelapkan dan merusak hati serta amalan. Perbuatan ini juga dapat memecah belah persatuan dan menghancurkan kaum muslimin. Membuat senang musuh-musuh Islam terhadap apa yang terjadi pada umat Islam. Menjadikan pelakunya hina, mengeraskan dan merusak hatinya sampai masa yang Allah tentukan dan sampai Allah beri hidayah untuk bertaubat.

Di antara nasihat salafus shalih juga adalah nasihat Umar bin al-Khaththab radhiallahu 'anhu. Barangsiapa yang ikhlas dan tulus niatnya melakukan kebenaran tidak berharap balasan (manusia) walaupun terhadap dirinya sendiri, Allah akan cukupkan kebutuhannya terhadap orang lain. Dan barangsiapa yang berhias dengan apa yang tidak ada pada dirinya  Allah akan menghinakannya.

Konsisten dalam agama merupakan sifat orang yang beriman. Di antara gambaran sifat seorang mukmin di akhir zaman, mereka itu bagaikan orang yang memegang bara api. Semakin hari ujian / fitnah itu semakin bertubi-tubi dan semakin dahsat, maka seorang hamba dituntut agar istiqomah dan berpegang pada agama lebih kuat dari hari sebelumnya. Hendaklah ia mengingatkan dirinya dan mengintrospeksi perbuatan, ucapan, dan hatinya sampai mana ia konsisten di atas agamanya.

Terkadang seorang hamba merasa sempit lalai yang menjadikannya lemah dalam beragama dan mengamalkan kewajiban dikarenakan perasaan sempit dan tertekan yang datang dari keluarga, istri, dll.
Disinilah wajibnya mengintrospeksi perhatian dan pendekatan kita terhadap agama.

Barangsiapa yang berhias dengan apa yang tidak ada pada dirinya, Allah akan menghinakannya. Berpura-pura dan bermuka dua bukanlah sifat seorang mukmin. Bersandiwara / berpura-pura bukanlah sifat orang yang beriman, baik dalam permasalahan agama maupun dalam kehidupan dunia. Kalau dalam permasalahan agama, tentu lebih berbahaya. Seorang bersandiwara dalam permasalahan agama mendatangi orang dengan suatu penampilan lalu mengatakan aku beriman dengan yang demikian dan aku benci dengan bid'ah. Kenyataannya ia mempraktikkan bid'ah, membela dan menghormati pelaku bid'ah.

Nasihat salafu-s shalih yang lainnya adalah Muhammad bin Wasi' rahimahullah mengatakan, apabila seorang hamba menujukan hatinya kepada Allah, Allah akan arahkan hati para hamba kepadanya. Di antara kemurahan Allah kepada hamba-Nya dan indahnya balasan-Nya, Dia memberikan balasan sesuai dengan amalan hamba tersebut.

Barangsiapa yang hatinya tertuju kepada Allah dan memalingkannya dari (pujian) manusia, Allah akan menjadikan hati manusia untuk menerima, mencintai, dan memuliakannya. Barangsiapa takut kepada Allah di kala sepi, Allah akan jadikan ia berwibawa dalam pandangan manusia. Ketika orang melihatnya, Allah jadikan hati mereka penuh dengan penghormatan dan pemuliaan kepadanya. Hal ini tampak di majelis para ulama dan orang-orang shaleh.

Nasihat salafu-s shalih yang lainnya adalah perkataan Abu Darda radhiallahu 'anhu. Pelajarilah ilmu sebelum orang-orang membutuhkanmu, karena sesungguhnya orang yang paling mewujudkan peribadatan kepada Allah, orang yang berilmu.

Apabila ia di butuhkan, ia memberi manfaat dengan ilmunya. Apabila tidak dibutuhkan ia memberi manfaat untuk dirinya sendiri dengan ilmu yang telah Allah anugerahkan.

Mengapa ketika para ulama akan wafat, sementara orang-orang yang tidak berilmu masih tidak belajar?
Ilmu merupakan sebab terbesar yang membuat seorang hamba selamat di dunia dari ujian. Dan dengan ilmu pula seseorang akan ditinggikan derajatnya di surga kelak.

Kebutuhan akan ilmu dan ulama semakin hari semakin besar seiring dengan semakin beratnya ujian dan setiap hari terjadi demikian seperti yang kita saksikan. Jumlah ulama berkurang dengan wafatnya mereka. Tidak ada ganti bagi ulama-ulama tersebut rahimahumullah wa radhia 'anhum.

Maka hendaklah kita senantiasa mengarahkan perhatian dalam masalah ini dan hendaklah manusia memiliki perhatian terhadap ilmu. Demikian juga penutut ilmu memperhatikan sejauh mana keinginan mereka dalam menuntut ilmu. Seseorang saat ini penutut ilmu mungkin esok ia menjadi orang berilmu yang berhadapan dengan masyarakat.

Oleh karena itu, hari ini harus kita persiapkan karena bisa jadi di masa mendatang kita akan dimintai fatwa tentang permasalahan besar dan kejadian-kejadian kontemporer yang membutuhkan keseriusan sampai harus berijtihad dalam permasalahan tersebut sehingga bermanfaaat bagi masyarakatnya dan umat Islam secara umum

Wasiat salafu-s shalih lainnya terkait dengan menuntut ilmu. Perkataan Hilal bin Ala'. Menuntut ilmu itu berat, menghafalnya itu lebih sulit lagi, mengamalkannya lebih sulit dari menghafalnya. Selamat (dengan keikhlasan) dalam proses tersebut adalah yang paling sulit.

Allah berfiman "Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat." Jadi ilmu itu adalah sesuat yang berat. Menuntut ilmu syar'i itu suatu perkara yang berat, butuh keseriusan dan memohon pertolongan kepada Allah dan lebih berat dari itu adalah menghafalkannya.

Terkadang ilmu yang telah dipelajari itu terlupa, jadi hanya pelajar yang serius saja yang menghafalkannya. Lebih berat lagi dari itu adalah mengamalkannya. Mengamalkan ilmu adalah diantara sesuatu yang sangat berat. Diamalkan dengan ikhlas karena Allah 'Azza wa Jalla dan selamat/sukses dalam permasalahan ini adalah yang paling sulit.

Di antara pernyataan yang menguatkan hal ini banyak ulama salaf yang mengatakan, "Aku ingin keluar dari ilmu dengan kecukupan tidak membawa pahala dan dosa." Maksudnya, tidak menanggung hal berupa memperoleh kebaikan juga kejelekan karena beratnya tanggung jawab setelah memiliki pengetahuan.

Sudah sepantasnya bagi segenap kaum muslimin untuk perhatian dengan ilmu. Dan bagi para pelajar agar serius untuk mempelajari ilmu dan istiqomah dalam belajar kemudian menghafalkannya lalu mengamalkannya dan bersungguh-sungguh agar selamat dari tanggung jawab ilmu dan tuntutan mengamalkannya.

Demikianlah. Shalawat serta salam bagi Nabi kita Muhammad, keluarganya dan segenap sahabat-sahabatnya. (Sumber : Youtube)

 






Back To Top